Nonton Film Online - Livi Zheng Pulang Kampung untuk Buat Beberapa Film


Nonton Film Online - Sutradara film Hollywood, AS, dari Indonesia Livi Zheng (28) mengerjakan beberapa film di Indonesia untuk memperkenalkan budaya Tanah Air. Ada yang telah usai, ada yang tengah ditangani.

Livi, yang populer karna film perdananya, Brush with Danger, diantaranya tengah mempersiapkan satu film yang mempunyai tujuan tingkatkan potensi kota kelahirannya, Blitar, Jawa Timur. Baru saja ini Livi Zheng ada di Blitar untuk terima dua penghargaan dari Bupati Blitar, drs H Rijanto, M. M.

Dua penghargaan itu yaitu Brand Ambassador, jadi warga Blitar yang berkarier di Hollywood, serta Aryo Blitar Award jadi sosok paling inspiratif. " Adalah satu kehormatan untuk saya untuk terima penghargaan ini. Saya besar di Blitar serta keluarga saya datang dari Blitar. Blitar mempunyai tempat yang begitu khusus di hati saya. Saya senantiasa rindu beberapa orang dari Blitar dan makanannya, " papar Livi saat dihubungi oleh VOA sekian waktu lalu.

Livi juga bekerja serupa dengan bupati itu untuk buat film yang terkait dengan kota itu. " Saya segera sepakat. Blitar jadi tidak terpisahkan dari histori perlu lahirnya Indonesia. Bukti peninggalan histori sudah di ketahui, Blitar jadi tempat persemayaman Raja Anusapati serta Raja Raden Wijaya. Selain itu, Ayah Proklamator sekalian Presiden Pertama Indonesia, Soekarno, dimakamkan disana. Bekas Wakil presiden, Prof Dr H Boediono, M. Ec, juga datang dari Blitar, " kata Livi.

Untuk Livi Zheng, shooting film di Indonesia adalah satu mimpi sebagai fakta. Mulai sejak terjun ke industri film, Livi memasukkan unsur-unsur Indonesia kedalam filmnya. Misalnya, permainan gamelan yang terdengar dalam adegan pembuka film Brush with Danger, yang masuk dalam daftar film Hollywood yang punya potensi memperoleh nominasi Academy Awards atau Piala Oscar 2015.

Contoh yang lain, pencak silat yang ditampilkan dalam film Insight, yang dilaunching th. ini. Bukan sekedar itu, sering kali ia juga memperkenalkan budaya Indonesia, tidak kecuali kulinernya, pada beberapa krunya yang disebut warga AS.

Bicara tentang tantangan shooting di Indonesia, Livi Zheng menyebutkan kalau mencari perlengkapan film di Los Angeles, California, AS, lebih gampang dibanding dengan di Indonesia. " Sedikit susah untuk temukan (perlengkapan film), terlebih bila bukanlah di Jakarta, " tuturnya.

Sekarang ini Livi Zheng tengah mengerjakan dua film di Sukabumi. Satu diantaranya berjudul Second Chance. Dalam film itu ia menghadirkan adegan menantang yang penuh dengan trick yang dikerjakan oleh empat pengendara sepeda motor asal Indonesia.

Film beda yang tengah digarapnya yaitu Life is Full of Surprises, yang menghadirkan pengetahuan cambik api, sepak bola api, serta pencak silat. " Kami tengah (buat) koreografi. So, I think it will be cool. Kami juga akan shooting saat malam hari, " tutur Livi, yang mulai karirnya jadi pemeran pengganti saat ia berumur 15 th..

Itu bukanlah pertama kali lulusan S2 dari University of Southern California jurusan film ini mengangkat budaya Indonesia lewat film. Sekian waktu lalu ia mengerjakan film yang berjudul Bali : Beats of Paradise, yang mengangkat budaya Bali bersama orang-orangnya lewat cerita kehidupan pasangan I Nyoman Wenten serta Nanik Wenten.

I Nyoman Wenten serta Nanik Wenten adalah instruktur gamelan serta tari tradisionil profesional yang telah mengajar di beberapa negara serta saat ini bertempat di California. I Nyoman Wenten sekarang ini juga adalah professor jurusan etnomusikologi di University of California at Los Angeles (UCLA).

Film itu dijadwalkan juga akan diputar di gedung-gedung bioskop AS th. depan. Terkecuali budaya Bali, yang menarik perhatian Livi Zheng yaitu budaya Madura. Sesudah bekerja serupa untuk film Insight, Livi kembali menggaet Yayan Ruhiyan, artis peranan serta penata pertandingan, untuk buat film tentang karapan sapi, The Bull Race.

The Bull Race masuk Official Selection dalam festival film Asian Critics Week pada Juli 2017 di Kalkuta, India. " Saya ke Madura shoot bareng Mas Yayan Ruhiyan. Saya begitu suka The Bull Race memperoleh perhatian di festival film dunia. Senantiasa jadi mimpi saya untuk mengangkat Indonesia ke layar-lebar, " tutur pemegang lebih dari 25 medali untuk kejuaraan karate nasional di AS ini.

Menurut Livi Zheng, karapan sapi tidaklah balapan umum. " Sebelumnya balapan ada ritual panjang. Ada doanya. Sapi diberi banyak telur. Ada sapi dimandikan. Serta, adalah kebanggaan bila sapi anda menang. So people spend a lot of money for this, " ucapnya.

Pada mereka yang menginginkan terjun ke industri film seperti ia, Livi Zheng berpesan supaya mereka selalu buat film. " Saat ini begitu gampang untuk buat film, bahkan juga dengan memakai telepon anda. Bila anda petinju, anda mesti latihan sehari-hari. Namun, bila anda pembuat film, langkah anda berlatih yaitu dengan mengerjakan film, " katanya.Nonton Film Online

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.